Dinamika Politik yang Cair di Papua
Perubahan Peta Politik di Provinsi Papua
Papua, sebagai salah satu provinsi di Indonesia, telah
mengalami perubahan dalam pilihan politik masyarakatnya sejak tahun
2000-an. Sebelum era reformasi, Partai Golkar dominan di Papua, dan menguasai
sebagian besar wilayah di provinsi ini. Namun, setelah pemekaran wilayah pada
tahun 2000-an, peta politik mulai berubah secara substansial.
Pemekaran wilayah membawa pergeseran dalam penguasaan
partai-partai politik di Papua. Sebelumnya, Partai Golkar mendominasi di
sejumlah kabupaten/kota, namun dengan pembentukan wilayah baru, partai-partai
baru mulai mencari tempat dalam politik Papua. Pilihan politik masyarakat Papua
pun bertransformasi, tercermin dari hasil-hasil Pemilu.
Pada Pemilu 1999, Golkar menang di 4 wilayah
kabupaten/kota, ini menunjukkan cengkeraman partai beringin masih kuat
pada saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu, terutama setelah pemekaran
wilayah yang dimulai pada tahun 2002, situasi politik berubah. Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan), berhasil masuk dan menguasai 2 wilayah
di Kabupaten Waropen dan Kepulauan Yapen
di Pemilu 2004, meski Golkar masih berjaya menguasai 6 wilayah kabupaten/kota
dari total 8 wilayah kabupaten/kota di Papua.
Pada Pemilu 2009, Partai Demokrat muncul sebagai pemain
kuat, dan langsung menguasai 6 wilayah kabupaten/kota di Papua, menggeser
dominasi Partai Golkar, yang hanya berhasil menguasai 3 wilayah kapupaten/kota.
Peta politik kembali berubah pada Pemilu 2014, dengan masuknya Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan menguasai 6 wilayah kabupaten/kota, menggantikan dominasi Partai Demokrat. Gerindra pun masuk dan berhasil mendapat 3 wilayah Kepulauan Yapen, Sarmi dan Waropen. Tren ini berlanjut di Pemilu 2019, di mana Nasdem mempertahankan penguasaan atas 6 wilayah, sementara Partai Golkar menguasai 2 wilayah, Keerom dan Kota Jayapura, setelah pemilu sebelumnya tidak berhasil mendapatkan suara mayoritas di Papua. Dan PKB secara mengejukan berhasil mencuri 1 wilayah, yakni Biak Numfor.
Masyarakat Papua memiliki sifat yang cenderung improvisatif
dan terbuka terhadap perubahan. Mereka ingin mencoba hal baru, namun juga cepat
berpindah jika janji-janji politik yang diusung tidak terpenuhi. Hal ini
mencerminkan dinamika politik yang kompleks dan dinamis di Papua, di mana
partai-partai harus terus beradaptasi dan memahami aspirasi masyarakat.
Dengan kecenderungan perubahan pilihan politik masyarakat
Papua, hasil Pemilu 2024 sulit diprediksi dengan pasti. Apakah Nasdem akan bisa mempertahankan penguasaan wilayahnya, atau apakah partai lain akan muncul
dengan janji-janji yang menggoda? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Mari kita
tunggu hasil Pemilu 2024 dan saksikan evolusi politik yang menarik di Papua.
(Litbang Kompas/SNT)
- Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
- Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion