Tantangan Ketahanan Pangan di Indonesia
Indeks Ketahanan Pangan Negara ASEAN
Ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi semua orang dan negara yang tercermin dari tersedianya pangan
secara cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Menurut Global Food Security Index (GFSI) 2022, Indonesia
memiliki skor ketahanan pangan sebesar 60,2 dengan peringkat 63, naik 5
peringkat dari tahun sebelumnya. Meskipun ada peningkatan, namun nilai ini
masih di bawah rata-rata global sebesar 62,2. Finlandia dan Irlandia adalah
negara dengan indeks tertinggi pertama dan kedua, dengan nilai indeks 83,7 dan
81,7.
Dalam lingkup ASEAN, Indonesia ada di peringkat 4. Peringkat
tertinggi di ASEAN adalah Singapura dengan skor 73,1, diikuti Malaysia 69,9 dan
Vietnam 67,9.
Pemerintah telah menggulirkan target ketahanan pangan di
bidang pertanian untuk tahun 2024, dengan menargetkan ketersediaan beras nasional
sebanyak 46,84 juta ton. Ditetapkan juga target lumbung pangan (food
estate) seluas 61.400 hektar terbangun di Kalimantan Tengah. Selain itu,
produksi padi di Kalteng, Sulsel, dan Papua Selatan juga ditargetkan sebanyak
5,06 juta ton.
Namun produksi beras nasional pada 2015-2022 sudah stagnan
dan cenderung turun 0,21 persen per tahun. Produksi beras nasional rata-rata
sekitar 31 juta ton per tahun. Jika ditambah dengan surplus beras akhir tahun,
stok yang ada di masyarakat, swasta, dan Perum Bulog, rata-rata ketersediaan
beras nasional sekitar 35 juta ton.
Prediksi dampak La Nina dan El Nino juga menghantui ketersediaan
bahan pangan global. Hingga sekitar 19 negara mulai membatasi ekspor beras, untuk
memprioritaskan stok domestik masing-masing negara. Sehingga stok beras global
mulai menipis, dan harga beras dunia mulai melonjak.
Diversifikasi bahan pangan dapat dilakukan untuk mengantisipasi
hal ini. Selain beras, ada berbagai pilihan bahan pangan seperti ketela, ubi,
jagung, sagu, sorgum, gandum, pisang dan lain-lain. Negara ini memiliki 77 jenis
sumber karbohidrat tanaman pangan, 389 jenis buah-buahan, 77 jenis sumber
protein, dan 228 jenis sayuran. Sumber-sumber pangan lokal yang potensial ini
perlu digali kembali. Meningkatkan produksi dan konsumsi pangan lokal akan
mendukung rencana pemerintah menuju pangan berkelanjutan.
Masing-masing daerah dapat mengeksplorasi kembali pangan
lokal dengan berbagai terobosan turunan produk untuk nilai tambah di
masing-masing wilayah. Pangan liar yang selama ini dikonsumsi masyarakat adat
juga dapat kembali dianjurkan untuk dikonsumsi.
Dengan strategi yang tepat, diversifikasi pangan, dan
kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri dan masyarakat, Indonesia
dapat mencapai kemandirian pangan untuk memastikan semua orang memiliki akses
terhadap pangan yang cukup, aman, dan terjangkau.
(Litbang Kompas/SNT)
- Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
- Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion