Obesitas dan Penyakit Turunannya

Obesitas dan Penyakit Turunannya

Peningkatan Prevalensi Obesitas pada Penduduk Umur 18 Tahun ke Atas

Dewasa ini makin sering dijumpai penderita obesitas di sekitar kita. Obesitas adalah kondisi berat badan melebihi batas normal karena adanya penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh.  Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang tergolong obesitas bila memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) di atas 25. Dengan perhitungan, membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.  

Berbeda dengan kasus obesitas pada anak-anak, yang jumlahnya bisa dikendalikan karena lebih mendapat perhatian orang tua dan  pemerintah. Pada kasus obesitas usia dewasa lebih sulit ditekan.

Data Badan Pusat Statistk (BPS) dari tahun 2007 hingga 2018 memperlihatkan, prevalansi obesitas pada penduduk dewasa usia 18 tahun ke atas terus meningkat. Prevalansi adalah jumlah kasus dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Peningkatan kasus obesitas tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di pedesaaan.

Tahun 2007 penderitanya mencapai 19,1 persen dari jumlah penduduk. Angka tersebut meningkat pada tahun 2013 menjadi 26,3 persen. Data terakhir tahun 2018 jumlah penderita obesitas usia 18 tahun ke atas sudah mencapai 35,4 persen.

Dalam survei  tahun 2013, 2016  dan  2018, jumlah perempuan dewasa yang menderita obesitas sudah lebih banyak dibanding laki-laki. Dengan perbedaan rata–rata 16 persen.

Selain faktor keturunan, penyebab obesitas adalah perubahan gaya hidup, salah satunya perubahan pola makan. Menjamurnya penjual makanan dan minuman cepat saji sejak awal tahun 2000-an, menyebabkan masyarakat dengan  alasan praktis dan enak lebih memilih untuk membeli dan mengkonsumsinya. Padahal tanpa disadari kalau makanan dan minuman  tersebut banyak mengandung lemak dan  gula tinggi.

Dunia digital dan informasi juga dianggap  menjadi penyebab meningkatnya kasus obesitas.  hampir semua orang sekarang lebih suka duduk nyaman menikmati hiburan atau berkomunikasi  melalui gadget daripada berolahraga atau aktivitas luar rumah lainnya.

Sayangnya, selain soal penampilan, obesitas masih dianggap bukan masalah serius bagi sebagian masyarakat, padahal penderita obesitas berisiko dua kali lipat terkena serangan jantung koroner, stroke, diabetes melitus (penyakit gula) dan tekanan darah tinggi. Obesitas juga berisiko tiga kali lipat terkena batu empedu. Yang lebih mengkhawatirkan kegemukan berlebihan mengakibatkan penyakit kanker. Laki-laki berisiko tinggi menderita kanker usus besar dan kelenjar prostat, sedangkan wanita berisiko tinggi untuk menderita kanker payudara dan leher rahim. (Litbang Kompas/RIS)

  1. Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
  2. Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
  3. Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
  4. Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.

Suggestion