Berdaya dengan Bahan Pangan Nonberas

Berdaya dengan Bahan Pangan Nonberas

Kandungan Gizi dan Indeks Glikemik Makanan Pokok

amCharts 4
From Roti Tawar to Jagung ManisUse up and down arrows to move selectionTo Roti TawarUse up and down arrows to move upper selectionFrom Jagung ManisUse up and down arrows to move lower selectionUse TAB select grip buttons or up and down arrows to change selection100%Chart created using amCharts libraryMakanan: Roti TawarIndeks Glikemik: 75


Beragamnya hasil bumi di Indonesia, membuat negara ini memiliki banyak pilihan untuk bahan makanan utama selain nasi. One day no rice. Slogan ini mulai gencar digaungkan di Depok tahun 2012 untuk merealisasikan program keanekaragaman pangan. Gerakan ini kemudian diadopsi juga di berbagai daerah di Indonesia.

Tanah air ini tidak hanya bergantung pada beras sebagai bahan makanan utama, tetapi juga telah menjadikan singkong, ubi, kentang, jagung, dan talas misalnya, sebagai alternatif yang bernutrisi tinggi. Upaya diversifikasi pangan yang telah digalakkan lebih dari dua dekade oleh pemerintah bukan sekadar melahirkan ragam cita rasa, tetapi juga mengokohkan ketahanan pangan dan mengangkat nilai cinta terhadap produk lokal.

Beras dan roti, yang seringkali mendominasi meja makan, memiliki tingkat kalori yang tinggi serta indeks glikemik yang dapat memicu lonjakan gula darah. Di sisi lain, makanan hasil bumi seperti jagung, singkong, nasi merah, talas, ubi, dan kentang, menawarkan nilai kalori yang seimbang dan indeks glikemik yang rendah. Dengan indeks glikemik yang lebih rendah, makanan ini memberikan efek yang lebih stabil terhadap kenaikan gula darah, membuatnya menjadi pilihan yang cerdas terutama bagi penderita diabetes dan mereka yang berjuang melawan obesitas.

Kendati masyarakat awam terkadang lebih mengenal nasi, masyarakat Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi perubahan gaya hidup dan tantangan global. Ketika kelangkaan beras mengintai akibat perubahan cuaca dan gagal panen di berbagai penjuru dunia, rakyat Indonesia, terutama di pedesaan, menunjukkan ketangguhan dengan mengadaptasi diri pada sumber pangan lokal yang lebih mudah ditemukan. Nasi jagung, tiwul, singkong rebus, sagu, dan ubi rebus, menjadi pilihan tepat dalam menghadapi situasi sulit ini. Ketangguhan ini mengingatkan kita bahwa kekayaan alam Indonesia bukan hanya sekadar harta karun, tetapi juga penolong setia dalam mengatasi cobaan.

Diversifikasi pangan tidak hanya menawarkan alternatif beragam dalam menu harian, tetapi juga mengajak kita untuk menjaga pangan lokal. Fokus pada sumber karbohidrat non-beras dalam diversifikasi pangan memberikan manfaat ganda: mengurangi ketergantungan pada beras dan memastikan ketersediaan pangan secara berkelanjutan. Lebih dari itu, makanan hasil diversifikasi ini juga mengandung nilai gizi yang mencukupi, membawa Indonesia menuju era ketahanan pangan yang berkelanjutan, dan gaya hidup sehat yang lebih baik. (Litbang Kompas/SNT)

  1. Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
  2. Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
  3. Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
  4. Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.

Suggestion