
Partai Nasionalis Menggeser Partai Islam di Bumi Serambi Mekah
Perubahan Pilihan Sebagian Masyarakat Terhadap Partai Politik di Provinsi Aceh
Aceh merupakan provinsi paling utara di Pulau
Sumatera, dikenal juga dengan julukan Serambi Mekah karena selain dianggap
tempat dimulainya penyebaran agama Islam di Indonesia, sejak dahulu masyarakat
Aceh juga dikenal religius.
Tidak hanya
menerapkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-sehari , dalam
urusan politik, sebagian tokoh dan masyarakat Aceh sejak lama memperjuangkan syariat Islam. Termasuk di
dalamnya menyalurkan aspirasinya melalui partai politik yang berasaskan atau
memiliki latar belakang Islam.
Terbukti pada masa Orde Baru, di mana Golkar
sebagai partai penguasa berambisi
memenangkan pemilu di seluruh provinsi dengan berbagai cara politik, Partai
Persatuan Pembangunan Pembangunan (PPP), partai yang berasaskan Islam dengan
tanda gambar Kabah pernah menjadi pilihan sebagian masyarakat di sana.
Tercatat, dalam lima kali sebagai peserta
pemilu dalam masa Orde Baru, ( 1977, 1982, 1987, 1992, 1997), PPP pernah
menang sebanyak dua kali, yaitu pada pemilu 1977 dan tahun 1982.
Politik penguasa Orde Baru yang
menyeragamkan asas partai pada tahun
1985 dan tekanan untuk mengganti
lambang Kabah sebagai lambang partai
akhirnya berhasil menekan suara
PPP di seluruh Indonesia termasuk di Aceh.
Reformasi membuka peluang dibentuknya
parpol-parpol baru peserta pemilu. Sejak pemilu yang diselenggarakan pascareformasi,
tahun 1999 hingga pemilu 2019, pilihan masyarakat Aceh terhadap parpol sedikit demi sedikit berubah. Dari sebelumnya
banyak yang memilih partai Islam berubah memilih partai nasionalis. Perubahan
pilihan hampir terjadi pada setiap kabupaten/kota yang ada di provinsi
tersebut.
Pada
pemilu tahun 1999, partai beraliran Islam masih menjadi pilihan
sebagian besar masyarakat Aceh. PPP yang pernah bersaing dengan Golkar pada
masa lalu meraih kemenangan di lima kabupaten dari 12 kabupaten/kota yang ada, yaitu di Aceh Selatan,
Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar dan Pulau Simeulue.
Partai Amanat Nasional (PAN) yang dibidani
tokoh Muhammadiyah, Amien Rais meraih kemenangan di Kabupaten Pidie dan Ibu
Kota Banda Aceh. Dua partai lama yang
berhaluan nasionalis, Partai Golkar menang di Aceh Singkil, Aceh Tenggara,
Aceh Utara dan Kota Sabang, sementara
PDIP hanya unggul di Aceh Timur.
Pemekaran wilayah di Aceh tahun 1999, 2001 dan
tahun 2002, dari 12 menjadi 21 kabupaten/kota berdampak pada hasil pemilu
legislatif tahun 2004 di provinsi yang berganti nama menjadi Nanggroe Aceh Darussalam itu.
Meskipun
partai-partai Islam, seperti PPP, PAN,
PBR dan PKS masih mewarnai kemenangan di beberapa kabupaten/kota, namun partai
nasionalis, khususnya Partai Golkar
mulai menyaingi.
Dari kemenangan Partai Golkar di
sembilan kabupaten/kota pada pemilu 2004, partai berlambang pohon beringin berhasil
merebut lima daerah baru hasil pemekaran, yaitu di Gayo Lues, Aceh Tamiang,
Nagan Raya, Bener Meriah dan Kota Langsa. Tiga
daerah hasil pemekaran lainnya, yaitu Bireun, Aceh Barat Daya dan Kota Lhokseumawe dimenangkan oleh PAN. Sementara PPP hanya menang di Kabupaten Aceh Jaya.
Pemilu 2009 merupakan titik balik perubahan
peta politik di bumi Serambi Mekah karena terjadi perubahan drastis pilihan rakyat Aceh terhadap partai politik.
Partai berideologi nasionalis menang di seluruh Kabupaten/kota.
Partai Demokrat, yang merupakan the ruling party (partai penguasa) waktu itu menang nyaris di
semua kabupaten/kota, termasuk dua daerah baru pemekaran tahun 2007,
yaitu Kota Subulussalam dan Pidie Jaya.
Figur Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono berhasil menarik sebagian pemilih fanatik partai Islam beralih
ke partainya, yang ber-tagline nasionalis religius. Hanya dua
kabupaten yang direbut partai Golkar,
Kabupaten Aceh Tenggara dan Gayo Lues, di mana kedua daerah tersebut memang
merupakan basis Partai Golkar sejak lama.
Pada pemilu periode-periode berikutnya, yaitu
pemilu tahun 2014 dan 2019, partai-partai berlatar belakang Islam bukan menjadi
pilihan lagi bagi sebagian besar masyarakat Aceh. Meskipun partai-partai Islam
mulai ada yang kembali menang, namun
pada periode tersebut partai-partai berhaluan nasionalis seperti, Partai
Demokrat, Gerindra, Nasdem dan PDIP memperoleh suara terbanyak di sebagian
besar kabupaten/kota di sana.
Menariknya
beberapa wilayah di provinsi yang telah menerapkan syariat Islam itu
memiliki akar pemilih partai nasionalis
cukup kuat. Seperti di Kota Sabang
dan Aceh Tenggara, di mana partai-partai
berideologi nasionalis selalu
menang sejak pemilu tahun 1999.
Demikian juga di daerah baru hasil pemekaran,
seperti Aceh Tamiang, Bener Meriah, Kota Langsa dan Pidie Jaya, partai nasionalis selalu menjadi pilihan sebagian besar
masyarakat di sana. (Litbang Kompas/RIS)
- Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
- Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion