
Setetes Darah yang Menyelamatkan Nyawa
Golongan Darah Penduiduk di Indonesia Tahun 2021
Kebutuhan darah transfusi untuk tindakan penyelamatan dan
perawatan pasien yang membutuhkan darah semakin meningkat, sehingga setiap kantung
darah menjadi barang yang sangat berharga. Namun, seringkali persediaan darah
di Palang Merah Indonesia (PMI) terbatas atau bahkan kosong. Hal ini membuat
keluarga pasien harus pontang panting mencari pendonor pengganti. Donor darah
adalah tindakan mulia yang dapat menyelamatkan nyawa manusia.
Pandemi Covid-19 dan bulan ramadhan membuat stok darah
berada pada titik terendah. Pembatasan sosial dan anjuran untuk tinggal di
rumah telah menyebabkan penurunan persediaan darah hingga 30 persen dibandingkan
hari-hari biasanya. Di PMI Jakarta misalnya, kebutuhan perhari mencapai 1.000 hingga
1.200 kantong perhari. Sehingga ketika stok darah hanya ada di kisaran 300
kantong di saat pandemi, PMI membuat kebijakan untuk mencari donor pengganti
yang dibebankan kepada keluarga pasien yang mencari kebutuhan darah untuk
keluarganya.
Selama bulan ramadhan, masyarakat enggan mendonorkan
darahnya karena takut berpengaruh pada kesehatan mereka saat berpuasa. Penurunan
kualitas darah yang didonorkan juga dapat terjadi saat pendonor sedang
berpuasa. Karena tekanan darah, kadar hemoglobin, dan riwayat kesehatan
pendonor akan diperiksa sebelum pengambilan darah.
Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap negara
seharusnya memiliki persediaan darah minimal 2 persen dari jumlah penduduknya.
Dengan jumlah total penduduk Indonesia yang mencapai 275 juta jiwa (BPS, 2022),
idealnya ada sekitar 5,5 juta kantong darah total yang tersedia di PMI. Sayangnya,
saat ini hanya tersedia rata-rata 4 juta kantong darah per tahun, dengan 90
persennya berasal dari donor darah sukarela, sisanya dari donor pengganti.
Masyarakat yang sudah melaporkan golongan darahnya sebanyak
37,9 juta penduduk yang tercatat di Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri. Dengan
perincian, tercatat 7,9 juta jiwa memiliki golongan darah A, 640,8 ribu jiwa
bergolongan darah A+, 37,9 ribu jiwa bergolongan darah A-, 8 juta jiwa
bergolongan darah B, 358,8 ribu golongan darah B+, 25 ribu jiwa golongan darah
B-, 3,2 juta bergolongan darah AB, 113,4 ribu jiwa golongan darahnya AB+, 44,1
ribu jiwa bergolongan darah AB-, 16,9 juta penduduk bergolongan darah O, 328,1
ribu jiwa bergolongan darah O+, 338,6 ribu jiwa bergolongan darah O-.
Melihat angkat tersebut, hanya sekitar 13,7 persen penduduk
yang melaporkan golongan darah mereka. Ini berarti sekitar 86,3 persen atau
sekitar 237 juta penduduk belum tercatat golongan darahnya. Bahkan dari mereka
yang melaporkan golongan darah, sebagian besar hanya menyebutkan golongan darah
A, B, AB, dan O tanpa menyebutkan rhesusnya. Hanya 5 persen yang melaporkan
dengan rincian lengkap rhesus positif atau negatifnya.
Pendonor darah yang rutin mendonorkan darahnya juga akan
mendapat berbagai manfaat dari donor darah. Selain mendapatkan pemeriksaan
kesehatan gratis pada awal proses donor, pendonor juga akan menerima
pemberitahuan bila ada penyakit atau virus dalam darahnya. Ini akan menjadi
deteksi dini bagi setiap pendonor dan mencegah keparahan suatu penyakit yang
diderita.
Satu kantong darah yang disumbangkan dapat menyelamatkan hingga
tiga nyawa manusia. Jangan ragu untuk mendonorkan darah secara sukarela, agar
lebih banyak nyawa yang bisa terselamatkan.
(Litbang Kompas/SNT)
- Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
- Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion