
Partai Golkar: Perjalanan Panjang dan Tantangan dalam Meraih Dukungan Publik
Perolehan Suara Partai Golkar
Partai Golkar, dalam sejarahnya telah mengalami perjalanan
politik yang panjang sejak berdiri di tahun 1964. Di masa orde baru, partai ini
memiliki hubungan erat dengan pemerintah dan memiliki dukungan yang kuat. Namun
setelah era reformasi pada tahun 1999, partai ini perolehan suaranya turun
secara drastis.
Pada awalnya, Golkar didirikan sebagai upaya untuk
menyeimbangkan pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang semakin berkembang.
Partai ini awalnya terdiri dari berbagai organisasi fungsional yang
dikelompokkan menjadi tujuh Kelompok Induk Organisasi (KINO). Dalam
pemilu-pemilu sebelum era reformasi, Golkar secara konsisten memperoleh suara
di atas 60 persen dan menjadi pemenangnya. Namun, kemenangan ini dipandang
kontroversial karena diduga melibatkan rekayasa suara melalui dukungan dari
militer, birokrasi, dan organisasi Korpri.
Setelah era reformasi, perolehan suara Golkar terus turun.
Pada pemilu 1999, Golkar memperoleh suara nasional sebesar 22,43 persen, dan
pada pemilu 2004, partai ini memperoleh suara terbanyak kedua dengan 21,57
persen. Namun, pada pemilu 2009 dan 2014, perolehan suara nasional Golkar
semakin turun. Pada pemilu 2019, partai ini menempati peringkat ketiga dengan
perolehan suara 12,31 persen.
Selama sejarahnya, Golkar juga menghadapi dualisme
kepemimpinan pada tahun 2014 antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono.
Perselisihan ini berakhir pada tahun 2016 setelah tercapai kesepakatan
rekonsiliasi yang dipimpin oleh mantan Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla.
Namun, kasus korupsi yang melibatkan Setya Novanto, yang terpilih sebagai Ketua
Umum DPP Partai Golkar dalam Munaslub tahun 2016, juga memengaruhi citra partai
ini.
Ketua Umum Partai Golkar sekarang adalah Airlangga Hartarto,
yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia
periode 2019-2024. Sampai saat ini, Partai Golkar merupakan salah satu kekuatan
politik yang berpengaruh di Indonesia.
Dalam meraih simpati masyarakat, Partai Golkar masih
memiliki beberapa pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Diperlukan peran dan
strategi yang kuat dalam membangun mesin politik yang efektif untuk menyambut
Pemilu 2024. Selain itu, partai ini juga perlu mengatasi isu-isu yang berkaitan
dengan citra dan transparansi serta memperhatikan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat agar mendapatkan dukungan yang lebih luas.
(Litbang Kompas/SNT)
- Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
- Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion