PDI Perjuangan: Menjadi Partai Besar Pascareformasi

PDI Perjuangan: Menjadi Partai Besar Pascareformasi

Perolehan Suara PDI Perjuangan dalam Pemilu sejak Reformasi

amCharts 4
Perolehan Suara PDI-P Dalam Pemilu Sejak Reformasi100%Chart created using amCharts library

Sejak reformasi tahun 1998 PDI Perjuangan (PDI-P) menjelma menjadi partai besar. Partai yang dipimpin putri proklamator, Megawati Soekarnoputri itu berhasil memenangkan pemilu 1999 dengan suara 33,74 persen,  yang kala itu diikuti oleh 48 partai politik. Meskipun pada pemilu berikutnya sempat turun posisinya menjadi urutan kedua setelah partai Golkar. Namun partai yang memilki sejarah panjang ini kembali menang di pemilu tahun 2009.

Demikian halnya di Tahun 2014 dan 2019, partai dengan jargon partai wong cilik ini berhasil  merebut  kembali hati  sebagian besar rakyat Indonesia. Dan, bukan tidak mungkin lagi pada pemilu tahun 2024 nanti PDI Perjuangan akan kembali menjadi pemenang, sebab hasil survei yg dilakukan lembaga-lembaga survei selalu memperlihatkan partai nasionalis ini berada di tempat teratas.

Partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih itu sebelumnya bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai ini dibentuk tahun 1973 pada era pemerintahan Presiden Soeharto. Partai ini merupakan fusi atau penggabungan dari partai.-partai yang pernah ada pada era Orde Lama, seperti Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (Partai IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.

Konflik internal PDI terus terjadi dan diperparah dengan adanya intervensi dari pemerintah. Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua dari Ir Soekarno, Megawati Soekarnoputri didukung untuk menjadi ketua umum (Ketum) PDI. Namun, pemerintahan Soeharto tidak menyetujui dukungan tersebut kemudian menerbitkan larangan mendukung pencalonan Megawati Soekarnoputri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.

Pada 22 Juni 1996 dilaksanakan KLB (Kongres Luar Biasa) PDI di Medan yang berhasil menurunkan dan mengganti Megawati sebagai pimpinan PDI. KLB tersebut juga bukan hanya masalah internal PDI atau konflik antara kubu Megawati dan kubu Soerjadi, tetapi ada campur tangan dan pelibatan eksternal dalam hal ini elemen pemerintah. "Kudeta" politik tersebut membuat Megawati tersingkir dari PDI dan akhirnya membentuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Tak hanya itu, polemik tersebut berujung pada kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli (Kerusuhan Dua Tujuh Juli).

Kemudian agar dapat mengikuti pemilu pada tanggal 1 Februari  1999, Megawati Soekarnoputri mengubah namanya menjadi PDI Perjuangan. Nama tersebut disahkan oleh Notaris Rahmat Syamsul Rizal dan kemudian dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta.

Di masa Orde Baru, pemerintah yang diwakili oleh Golkar pada saat itu menguasai politik di Indonesia.  Dalam setiap pemilu yang hanya diikuti 3 partai (Golkar, PPP, dan PDI) kala itu, PDI selalu  menempati urutan paling akhir, dengan perolehan suara tidak lebih dari 15 persen . Sementara Golkar selalu memperoleh suara di atas 60 persen.   (Litbang Kompas/RIS)

  1. Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
  2. Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
  3. Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
  4. Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.

Suggestion