
Menata Destinasi Urban Jakarta
Jendela
KOMPAS edisi 7 September 2019
Halaman: B
Penulis: Neli Triana; Dian Dewi Purnamasari
Menata Destinasi Urban Jakarta
Menata Destinasi Urban Jakarta
Pengembangan kota menjadi kawasan urban destinasi atau tujuan wisata perkotaan sudah diadopsi banyak kota di dunia. Jakarta pun mulai serius berbenah seiring upaya mengatasi total masalah perkotaan yang membelitnya. Namun, dampak baik dan buruk urban destinasi perlu diantisipasi sejak dini agar pembangunan kota tak salah arah.
Keseriusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewujudkan urban destinasi diwujudkan antara lain lewat kerja sama dengan pemerintah pusat melalui urban regenerasi.
Urban regenerasi boleh diartikan bebas sebagai upaya pembenahan total guna mengatasi berbagai masalah perkotaan yang selama ini membelit Jakarta. Urban regenerasi akan menjadi senjata ampuh untuk ”menyembuhkan” Jakarta dari penyakit akut kemacetan, kekurangan layanan angkutan publik, isu air bersih, penurunan muka tanah, hingga isu sosial seperti kemiskinan dan kesehatan. Wisata perkotaan menjadi bagian dan dampak positif dari urban regenerasi.
Kebijakan yang diinisiasi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini sudah menjadi program resmi pemerintah yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (26/8/2019). Tak kurang dari Rp 571 triliun akan dikucurkan oleh pemerintah pusat dan DKI serta didukung model pembiayaan yang menggandeng badan usaha milik negara dan swasta untuk membenahi Jakarta.
Ditargetkan dalam 10 tahun ke depan atau 2030, jika ibu kota jadi dipindah ke Kalimantan Timur, Jakarta akan fokus sebagai kota bisnis dan niaga global layaknya New York, Amerika Serikat.
Pembangunan jaringan transportasi publik dengan kereta massal cepat sebagai tulang punggung, perumahan rakyat, dan penanganan banjir menjadi tiga program utama. Jakarta diidamkan akan memiliki layanan kereta massal MRT dan KRL luas, armada bus Transjakarta yang melayani hingga kota-kota tetangga, juga kereta ringan atau LRT. Selain itu, pengelolaan sungai, penanganan banjir, dan penyediaan air bersih juga ditargetkan semakin baik lagi.
Penataan fisik kota pun jadi sasaran. Pembenahan trotoar yang nyaman yang menghubungkan setiap sudut kota dilanjutkan. Pedagang kaki lima mendapat tempat memadai dan bahkan bisa menjadi bagian dari daya tarik kota. Daya tarik yang bersanding dengan banyak potensi lain mulai dari kawasan Kota Tua, museummuseum, pasar-pasar tradisional, hingga pusat-pusat belanja modern, termasuk perkantoran dan pusat perekonomian lainnya.
Dengan demikian, kota ini nanti tidak hanya akan ramah terhadap warganya, tetapi juga kepada setiap orang yang beraktivitas di Jakarta. Kota yang berdaya tarik tinggi tentu menggiurkan bagi para wisatawan yang mendambakan tempat penuh atraksi dan lengkap fasilitas publiknya.
Cipete-Kemang-Blok M
Di tingkat pemerintah kota, upaya pembenahan kawasan sekaligus menyiapkan diri sebagai urban destinasi ini antara lain mulai dilakukan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Pada Selasa (3/9), Pemkot Jaksel menggelar diskusi kelompok terfokus (FGD) bersama mahasiswa dan masyarakat untuk membahas potensi wisata perkotaan. Ketiga lokasi yang disasar menjadi destinasi wisata perkotaan adalah Cipete, Kemang, dan Blok M.
Kepala Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan Imron, kala itu, menuturkan, FGD tersebut membahas tentang masukan masyarakat terhadap usulan ketiga lokasi di atas. Dalam FGD tersebut muncul masukan terkait apa yang harus diperbaiki dan ditambah supaya ketiga kawasan itu menjadi destinasi wisata menarik. Masukan-masukan yang ada dalam FGD tersebut nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi Pemkot Jaksel untuk mengakomodasi saran itu.
”Pada prinsipnya, destinasi wisata perkotaan ini menggabungkan masukan dari warga dan keputusan pemerintah sehingga diharapkan outputnya benar-benar mengakomodasi kepentingan warga dan pemerintah,” ujar Imron.
Menurut Imron, penetapan destinasi wisata perkotaan ini merupakan perintah dari gubernur DKI Jakarta. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu perencanaan destinasi yang ditargetkan selesai pada Desember 2019. Selanjutnya diikuti penetapan dan pemantapan destinasi pada 2020. Warga diharapkan memberikan masukan terkait aspek apa saja yang berpotensi menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
”Syarat dari urban destination adalah akses yang terjangkau dan ramah terhadap wisatawan, mulai dari trotoar, angkutan umum, hotel dan penginapan hingga akses untuk disabilitas,” kata Imron.
Selain aksesibilitas, diharapkan destinasi wisata tersebut juga memuat kesenian lokal. Kesenian lokal harus mampu tampil menjadi primadona dan memiliki unsur khas yang membedakan dengan destinasi lain. Kesenian Betawi yang banyak berkembang di Jakarta Selatan diharapkan dapat tampil dan menjadi aset bagi wisata perkotaan tersebut.
Bagi masyarakat perkotaan, destinasi ini juga akan menarik minat mereka untuk melakukan kegiatan liburan dalam kota. Kegiatan berlibur di dalam kota bisa dilakukan dengan menyaksikan konser musik, opera, pameran berbelanja, dan rekreasi lainnya.
Sejumlah usulan yang masuk ke Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Jaksel, di antaranya kegiatan atraksi Cipete Vaganza, Blok M Little Tokyo, Ennishicai, Pop Up Market, Kemang Art Center, dan Festival Palang Pintu Kemang.
”Cipete, Blok M, dan Kemang sudah memenuhi unsur atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Sudah ada stasiun MRT, Transjakarta, hingga hotel dan fasilitas umum lainnya,” kata Imron.
Rambu-rambu PBB
Badan PBB yang mengurusi pariwisata dunia atau United Nation World Tourism Organization (UNWTO) dalam situs resminya menyatakan pariwisata perkotaan adalah jenis kegiatan pariwisata yang terjadi di ruang perkotaan dengan atribut bawaannya yang ditandai oleh ekonomi berbasis non-pertanian, seperti administrasi, manufaktur, perdagangan, dan jasa dengan menjadi titik transportasi yang kecil. Perkotaan menawarkan beragam atraksi budaya dan arsitektur, teknologi, pengalaman sosial dan alam, serta produk liburan dan bisnis.
Menurut PBB, pada 2030, diperkirakan 60 persen warga dunia menyesaki kawasan perkotaan yang makin membesar. Bersama dengan pilar utama lainnya, pariwisata menjadi komponen utama dalam sisi ekonomi, sosial, dan geografi kota di dunia. Wisata jadi elemen kunci dalam kebijakan pembangunan perkotaan.
Secara khusus, PBB menegaskan turisme perkotaan dapat mewakili kekuatan pendorong dalam pengembangan banyak kota dan negara. Hal ini berkontribusi terhadap kemajuan Agenda Urban Baru dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan khususnya untuk tujuan atau sasaran ke 11, yaitu membuat kota dan permukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Pariwisata secara intrinsik terkait dengan bagaimana kota berkembang mandiri menyediakan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi penduduk dan pengunjungnya.
Untuk itu, ada rambu-rambu khusus dari UNWTO, yaitu dalam menggarap potensi pariwisata sebagai alat pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif untuk kota-kota, diperlukan pendekatan multi-pemangku kepentingan dan multilevel berdasarkan kerja sama erat antara administrasi pariwisata dan non-pariwisata di berbagai tingkat. Sektor swasta, masyarakat lokal, dan wisatawan turut termasuk didalamnya. Demikian juga pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan pariwisata di kota-kota perlu diintegrasikan ke dalam agenda perkotaan yang lebih luas.
Rambu-rambu PBB itu butuh dijabarkan lebih detail sesuai kebutuhan di setiap kota. Pembangunan industri pariwisata kota diharapkan tidak berbuah pada kegiatan wisata massal berujung petaka.
Data Kementerian kehutanan dan Lingkungan Hidup menyebutkan, setiap satu orang, di mana pun dia berada, setidaknya akan menghasilkan sampah 0,5-0,8 kilogram per hari. Ini belum limbah lain, misalnya sisa metabolisme tubuh, juga kebutuhan air bersih, energi bahan bakar yang diperlukan untuk memfasilitasi pergerakan orang, dan lainnya. Jika sejak awal tidak diperhitungkan, mendatangkan wisatawan ke suatu tempat atau kota sama saja memupuk bencana. Tidak akan sebanding dengan keuntungan yang didapat karena keberlanjutan kota dipertaruhkan.
Grafik: Wisata Kota
Foto:
KOMPAS/PRIYOMBODO
Wisatawan mancanegara berkunjung ke kawasan Kota Tua yang merupakan salah satu destinasi wisata andalan Jakarta, Kamis (5/9/2019). Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) menyebutkan, daya saing pariwisata Indonesia pada 2019 berada di peringkat ke-40 dari 140 negara atau naik dua peringkat dibandingkan dengan tahun 2017.
- Penggunaan artikel wajib mencantumkan kredit atas nama penulis dengan format: ‘Kompas/Penulis Artikel’.
- Penggunaan artikel wajib mencantumkan sumber edisi dengan format: ‘Kompas, tanggal-bulan-tahun’.
- Artikel yang digunakan oleh pelanggan untuk kepentingan komersial harus mendapatkan persetujuan dari Kompas.
- Artikel tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjualbelikan artikel tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion