Transformasi dari Bijih Nikel ke Produk Berkualitas Tinggi
Produksi Tahunan Bijih Nikel
Sejak awal 2020, Indonesia telah melakukan langkah berani
dengan melarang ekspor bijih nikel mentah. Keputusan ini, meski menuai pro dan
kontra, telah membawa perubahan signifikan dalam industri pertambangan nikel
Indonesia.
Langkah pertama yang diambil adalah fokus pada ekspor produk olahan nikel, seperti feronikel dan nickel pig iron. Ini bukan hanya sekadar kebijakan proteksionis, tetapi juga strategi untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel.
Pengolahan dan pemurnian nikel di dalam negeri mampu meningkatkan nilai tambah produk itu sendiri. Bijih nikel yang diolah menjadi feronikel nilainya naik menjadi 10 kali lipat. Nilai nikel kian melambung hingga 19 kali lipat apabila feronikel diolah menjadi stainless-steel.
Produksi bijih nikel di dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2017, produksi bijih nikel Indonesia baru 20,9 juta ton, nilai ini mencapai hampir 5 kali lipatnya di tahun 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada periode 2020-2022,
ekspor bijih nikel memang turun drastis. Sementara ekspor produk turunan nikel
meningkat signifikan.
Pada periode itu, Indonesia sudah tidak memiliki pemasukan ekspor bijih nikel. Padahal, pada 2019, nilai ekspor bijih nikel Indonesia mencapai 1,097 miliar dollar AS. Nilai ekspor nikel dan produk turunannya justru meningkat signifikan. Feronikel misalnya, pada 2020, nilai ekspornya 4,74 miliar dollar AS. Kemudian pada 2021 dan 2022, nilainya meningkat masing-masing menjadi 7,09 miliar dollar AS dan 8,76 miliar dollar AS.
Dampak dari kebijakan ini tidak hanya terasa dalam statistik
ekspor, tetapi juga dalam pengembangan industri dalam negeri. Indonesia kini
tengah mengembangkan industri nikel yang terintegrasi dengan industri besi baja
dan kendaraan listrik. Langkah ini memiliki potensi besar untuk menciptakan
lapangan kerja baru, meningkatkan nilai investasi, dan menggerakkan roda
ekonomi nasional.
Namun, kebijakan ini juga menimbulkan reaksi dari
negara-negara mitra dagang, terutama Uni Eropa (UE). Ketentuan dari Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) menganggap bahwa kebijakan larangan ekspor bijih nikel
melanggar aturan perdagangan internasional. Meskipun demikian, Pemerintah
Indonesia tetap berkomitmen untuk melaksanakan kebijakan tersebut, sekaligus
menyiapkan strategi baru melalui jalur fiskal dan perdagangan.
Sementara itu, di pasar global, nikel tetap menjadi
komoditas yang sangat diminati. Di UE, nikel dibutuhkan untuk memproduksi baja
tahan karat, suatu kebutuhan vital dalam berbagai sektor industri. Hal ini
mencerminkan pentingnya peran Indonesia dalam pasokan nikel global.
Dengan adanya langkah-langkah strategis seperti peningkatan
nilai tambah produk nikel, pemberlakuan bea keluar, dan pemurnian nikel di
dalam negeri, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemain utama
dalam industri mineral dunia. Langkah-langkah ini tidak hanya berdampak pada
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membawa dampak positif dalam pengembangan
teknologi dan inovasi di sektor pertambangan dan industri terkait. (Litbang Kompas/SNT)
- Penggunaan materi wajib mencantumkan kredit dengan format: ‘Kompas/Nama Penulis’.
- Materi tidak boleh digunakan sebagai sarana/materi kegiatan atau tindakan yang melanggar norma hukum, sosial, SARA, dan mengandung unsur pelecehan/ pornografi/ pornoaksi/ diskriminasi.
- Data/informasi yang tertera pada materi valid pada waktu dipublikasikan pertama kali, jika ada perubahan atau pembaruan materi oleh sumber di luar Kompas bukan tanggungjawab Kompas.
- Pelanggan tidak boleh mengubah, memperbanyak, mengalihwujudkan, memindahtangankan, memperjual-belikan materi tanpa persetujuan dari Kompas.
Suggestion